Planet Mars atau yang lebih dikenal sebagai planet merah saat ini diketahui ditemukan adanya ketersediaan air. Ini dikarenakan atmosfer yang ada di Mars kurang dari satu persen, lebih sedikit dibandingkan dengan yang ada di bumi.
Kesimpulan itu diambil oleh para ilmuwan setelah melakukan penelitian dari bahan berupa pengambilan sampel dari ledakan gunung berapi kuno, dan observasi di permukaan planet Mars, oleh Mars Rover Spirit.
Ternyata, meski saat ini planet Mars sangat kering, sangat berbanding terbalik dengan milyaran tahun lalu. Menurut kesimpulan profesor Josef Dufek dari Georgia Tech University, atmosfer di Mars pernah memiliki kepadatan 20 kali lebih besar dibandingkan yang ada di bumi saat ini.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, Dufek meneliti fragmen batuan yang terdorong ke atmosfer Mars saat terjadi letusan gunung berapi yang dahsyat sekitar 3,5 milyar tahun lalu.
Robot penelitian Mars rover Spirit mendarat di permukaan Mars pada tahun 2007 dan mengambil fragmen yang tersisa, sehingga memungkinkan Dufek dan rekan untuk menghitung ukuran, kedalaman dan bentuk batuan angkasa tersebut.
Partikel ditembak menjadi butiran dengan ukuran yang halus, agar bisa menghitung kecepatan partikel yang bergerak untuk menciptakan sebuah tekanan atmosfer, 20 kali lebih besar daripada yang ditemukan hari ini.
"Hal ini menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki atmosfer yang lebih tebal. Tekanan atmosfer mungkin telah memainkan peran dalam mengembangkan hampir semua fitur permukaan Mars. Iklim di planet ini, keadaan fisik air di permukaan dan potensi kehidupan semuanya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer," kata Dufek, seperti yang dilansir dari Telegraph, Senin (7/5).
Menurut Dufek, penelitian yang mereka lakukan adalah konsisten dengan penelitian yang berkembang, bahwa awal planet Mars setidaknya berair, dengan suasana yang lebih padat dari yang kita lihat sekarang.
Sebuah studi sebelumnya menemukan gipsum di Mars, yang menunjukkan di Mars pernah ada ditemukan air dan kemungkinan adanya kehidupan. Jurnal Science melaporkan bahwa gipsum hanya bisa terbentuk di dalam air di bawah 60oC
Kesimpulan itu diambil oleh para ilmuwan setelah melakukan penelitian dari bahan berupa pengambilan sampel dari ledakan gunung berapi kuno, dan observasi di permukaan planet Mars, oleh Mars Rover Spirit.
Ternyata, meski saat ini planet Mars sangat kering, sangat berbanding terbalik dengan milyaran tahun lalu. Menurut kesimpulan profesor Josef Dufek dari Georgia Tech University, atmosfer di Mars pernah memiliki kepadatan 20 kali lebih besar dibandingkan yang ada di bumi saat ini.
Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Geophysical Research Letters, Dufek meneliti fragmen batuan yang terdorong ke atmosfer Mars saat terjadi letusan gunung berapi yang dahsyat sekitar 3,5 milyar tahun lalu.
Robot penelitian Mars rover Spirit mendarat di permukaan Mars pada tahun 2007 dan mengambil fragmen yang tersisa, sehingga memungkinkan Dufek dan rekan untuk menghitung ukuran, kedalaman dan bentuk batuan angkasa tersebut.
Partikel ditembak menjadi butiran dengan ukuran yang halus, agar bisa menghitung kecepatan partikel yang bergerak untuk menciptakan sebuah tekanan atmosfer, 20 kali lebih besar daripada yang ditemukan hari ini.
"Hal ini menunjukkan bahwa Mars pernah memiliki atmosfer yang lebih tebal. Tekanan atmosfer mungkin telah memainkan peran dalam mengembangkan hampir semua fitur permukaan Mars. Iklim di planet ini, keadaan fisik air di permukaan dan potensi kehidupan semuanya dipengaruhi oleh kondisi atmosfer," kata Dufek, seperti yang dilansir dari Telegraph, Senin (7/5).
Menurut Dufek, penelitian yang mereka lakukan adalah konsisten dengan penelitian yang berkembang, bahwa awal planet Mars setidaknya berair, dengan suasana yang lebih padat dari yang kita lihat sekarang.
Sebuah studi sebelumnya menemukan gipsum di Mars, yang menunjukkan di Mars pernah ada ditemukan air dan kemungkinan adanya kehidupan. Jurnal Science melaporkan bahwa gipsum hanya bisa terbentuk di dalam air di bawah 60oC
No comments:
Post a Comment