Thursday, December 22, 2011

contoh makalah PKL (SES)



       LAPORAN PENELITIAN HUTAN WANAGAMA, GERABAH KASONGAN, dan
 ISTANAH YOGYAKARTA

Di Susun Untuk Memenuhi Laporan Akhir Semester Ganjil
2009/ 2010






Oleh :
M. Hasan Mabruri







YAYASAN PONDOK PESANTREN AL-FATTAH
SMA UNGGULAN BPPT AL-FATTAH
           Siman Sekaran Lamongan 62261 Telp. (0322) 322400               



HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENELITIA HUTAN WANAGAMA, GERABAH KASONGAN
Dan ISTANAH KERATON YOGYAKARTA

Oleh : 
M. Hasan Mabruri

                                                                                           
Telah diterima dan disetujui untuk memenuhi Tugas Semester Ganjil
2009/ 2010

M. Hasan Mabruri
        



Kepala Sekolah                                                               Pembimbing
SMA UNGGULAN BPPT Al-Fattah




SUN'AH, S.Pd.                                                                Ilyas, ST.
NIP. 19700310 199601 1 002










MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

WHERE THERE IS A WILL
THERE IS WAY




PERSEMBAHAN

Karya ini kami persembahkan kepada

Ayah dan Ibunda kami

Bapak dan Ibu Guru Kami

Nusa dan Bangsa

Dan…….

Semua Sahabat EXIST yang Telah mendukung kami









KATA PENGANTAR



            Puji syukur kehadirat ilahi rabbi, atas hidayah dan inayah-Nya hingga penyusunan karya ilmiah ini terselesaikan. Karya ilmiah ini disusun dalam rangka mengikuti  Lomba Karya Ilmiah Remaja ke-42 (LKIR) LIPI(Lembaga Ilmu Pemgetahuan Indonesia) 2010 dengan judul  Filtrasi BPPT”.


Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini saya banyak mendapatkan bimbingan serta motivasi dari beberapa pihak. Oleh karenanya saya mengucapkan Alhamdulillah dan terima kasih kepada

1.      Bapak Drs. KH. Abdul Majid Fattah selaku Pengasuh YPP. Al-Fattah yang telah memberikan izin dan kesempatan kepada kami,

2.      Bapak Sun’ah, S.Pd. selaku Kepala SMA Unggulan BPPT Al-Fattah serta pembina penelitian,

3.      Bapak Edi Purwanto, S.Pd. selaku guru pembimbing yang telah membina dan mengarahkan kami

4.      Bapak dan Ibu Guru SMA Unggulan BPPT Al-Fattah yang memotivasi kami

5.      Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan kaya ilmiah ini.



Semoga amal kebaikannya diterima Allah SWT. dan mendapat imbalan pahala dari-Nya. Dalam penysusunan karya tulis ilmiah ini penulis menyadari masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharap saran dan kritik untuk perbaikan dimasa mendatang.

Akhirnya, semoga penelitian ini bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya dan bagi para penganguran yang belum mendapakan lapangan pekerjaan dan seluruh umat manusa di dunia.

Lamongan, 31 Desembe 2010
Hormat kami,



Penyusun



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN......................................................................... ii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
BAB I     PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 3
1.3 Tujuan......................................................................................... 3
1.4 Manfaat...................................................................................... 3
1.5 Batasan Masalah......................................................................... 3
BAB II   TINJAUAN PUSTAKA
 2.1 Wanagama.................................................................................. 4
 2.2 Istanah Keraton.......................................................................... 7
2.3 Gerabah Kasongan……………………………………………...9
BAB III  METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................... 10
3.2 Langkah Penelitian..................................................................... 10
3.3 Alat dan Bahan.......................................................................... 10
3.4 Langkah Pembuatan................................................................... 11
3.5  Kelebihan dan Kekurangan Alat............................................... 11
BAB IV PEMBAHASAN
                    4.1 Pembahasan……………………………………………………12             
 BAB IV  PENUTUP
4.1 Kesimpulan............................................................................... 14
4.2 Saran........................................................................................... 14
LAMPIRAN















BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pendidikan dan ilmu pengetahuan merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan bagaikan suatu mesin yang mempunyai proses dan hasil yang sudah terancang sebelum mesin tersebut beroperasi. Pendidikan sebagai proses ulang, menghasilkan sebuah transfer ilmu pengetahuan dari belum mengerti sampai mereka mendapat ilmu pengetahuan tersebut.
Setiap manusia membutuhkan ilmu pengetahuan untuk menempuh hidup di dunia untuk bersaing dalam hidup yang semakin lama semakin modern. Dalam keadaan seperti ini orang tidak mempunyai ilmu pengetahuan, bagaikan hidup tanpa cahaya dalam kegelapan.
Pembelajaran secara efektif juga penting untuk menunjang peningkatan daya kecerdasasan seorang siswa maupun siswi, sehingga pembelajaran yang di selingi dengan pembelajaran langsung dapat memperkuat adanya teori yang sering di utamakan dalam ilmu pembelajaran, dengan ini maka pembelajaran secara langsung bisa di wujutkan siswa siswi SMA UNGGULAN BPPT AL – FATTAH bertempat di kota YOGYAKARTA  yang berlokasi di Wanagama, Kasongan dan Keraton.
Wanagama yang terletak di antara empat desa di kecamatan player dan patuk,  gunung kidul menempuh waktu satu jam perjalanan jika berkendara sepedah motor ataupun mobil, dengan lokasi yang gersang dan tandus pada awalnya lokasi yang tidak memadai untuk di tanami kembali ( REBOISASI) sehingga atas dasar optimisme yang kuat dan dorongan untuk mewujukannya, sehingga seorang pelopor besar prof Oemi Honi’in Susenno yang menggeliat sejak tahun 1964. Dengan bermodalkan uang pribadi, maka guru besar di Universitas Gajah Madah ini mendapatkan kalpataru saat wanagama masih berukuran 10 hektar, tapi pepohonan yang semakin ashir menjulang di langit – langit dengan megahnya sekarang mencapai 600 hektar yang terdiri  dari pohon akasia, pohon kayu putih, pohon cendana, tanaman murbei tanaman yang pertama di tanam di olokasi wanagama,pohon jati yang pertama di tanam oleh pangeran charles pertama kali pada saat pangeran charles berkunjung di Wanagama pada tahun 1989, pohon pinus, pohon eboni (kayu hitam), selain tanaman – tanaman yang cantik keistimewaan lain dari wanagama yaitu tiga aliran sungai diantaranya sungai oyo, sendang ayu dan bayu tibo, dengan kesegaran dan kesejukan ketiga sungai itui dapat di manfaatkan seebai tempat menyejuk badan saat melepaskan lelah.

  Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di  Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta.Desa Kasongan merupakan sentra industri kerajinan gerabah. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku.
Pada bulan Mei 2006 jalan Kasongan, Bantul,Yogyakarta nyaris rata dengan tanah akibat gempa kuat yang melumpuhkan sentra gerabah paling besar dan terkenal di Indonesia ini, tetapi kini industri gerabah Kasongan telah pulih.Para pengrajin kembali memproduksi gerabah dengan normal dan pesanan ekspor juga kembali meningkat. Pada tahun 2009 setidaknya ada 441 unit usaha kerajinan gerabah yang beroperasi di kawasan Kasongan.
Meski kembali pulih, masa depan sentra kerajinan gerabah yang sudah ada sejak tahun 1627 tersebut menghadapi kendala regenerasi sebab mayoritas pengrajin gerabah rata rata berusia tua. Menurut Timbul Raharjo, Dosen Institute Seni Indonesia Yogyakarta, para pemuda Kasongan sudah mulai enggan untuk meneruskan keterampilan turun-temurun ini karena lebih senang bekerja menjadi pegawai di perkotaan.
Keraton  nama yang berasal dari ka – ratu – an yang bermakna tempat tinggal para raja ataupun ratu, sedangkan dalam artian yang luas yaitu stuktur ataupun bentuk bangunan yang menunjukkan kehidupan jawa yang berbentuk esensial “sangkan paringin dumadi” yang berarti darimana asalnya manusia dan kemana akhirnya manusia, tata letak yang memiliki arti tersendiri membuat keunikan tersendiri bagi para penghuni keraton, setelah perjanjian Giyanti maka pangeran Mangkubumi di beri wilayah kekuasaan di YOGYAKARTA untuk menjalankan pemerintahannya, pada tahun 1755 pangeran Mangkubumi membangun istanah Keraton Yogyakarta di Hutan Beringan, dengan letak lokasi yang sangat baik untuk di dirikan istanah kekuasaan raja yang di apit oleh dua sungai yang di nilai tidak akan terjadi banjir. Raja penguasa yang pertama yaitu Pangeran Mangkubumi yang mendapat gelar Sri Sultan Hamengku Buwono I(HB I).
1.2  Rumusan Masalah
1.      Jelaskan keanekaragaman tumbuhan yang terdapat di Hutan Wanagama sesuai dengan manfaatnya?
2.      Bagaimana  proses pembuatan Gerabah?
3.      Jelaskan sejarah berdirinya KERATON YOGYAKARTA?

1.3  Tujuan penelitian
1.      Untuk mengetahui keanekaragaman yang terdapat di Hutan Wanagama
2.      Untuk mengetahui proses pembuatan gerabah terbesar di indonesia
3.      Untuk mengetahui tatanan pemerintahan pertama di Yogyakarta

1.4  Manfaat Penelitian
1.      Memberikan pengetahuan tentang keanekaragaman di hutan Wanagama
2.      Memberikan pengalaman dan wadah kreatifitas para siswa maupun siswi dalam wujut gerabah
3.      Menjadikan pedoman bagi para siswa maupun siswi tentang sejarah karena mengingat kata soekarno “jangan pernah lupakan sejarah”

1.5  Batasan Masalah
1.      Kami membatasi dalam penelitian ini terdapat pada ruang lingkup Hutan wanagama, Gerabah Kasongan dan Istanah Keraton Yogyakarta.
2.      Dalam penelitian hanya sebagian tumbuhan yang kami cantumkan dalam betuk sampel


 



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 WANAGAMA
Hutan Wanagama merupakan kawasan hutan lindung yang terletak di kabupaten  Gunung Kidul seluas 600 hektar, tanah gersang tandus adalah keadaaan awal hutan wanagama, tujuan utama perintisan hutan wanagama adalah menanggulangi kekritisan gunung kidul, selain itu dapat di gunakan sebagai tempat penelitian dan pembelajaran para mahasiswa maupun mahasiswi fakultas kehutanan Universitas Gajah Mada,
Dengan bermodalkan uang pribadi maka guru besar Universitas Gajah Mada Prof Oemi Honi’in Suseno mempelopori untuk menanggulangi kawasan hutan Gunung Kidul yang tandus dan gersang, pada awal tahun 1964 nama Wanagama di cetus sebagai nama hutan yang berasal dari kabupaten gunung kidul yang berasal dari kata “Wana” yang berarti hutan dan “Gama” sebuah singkatan dari Gajah Mada yang sering kali para mahasiswa maupun mahasiswi menggunakan kata gama sebagai penelitian, sehingga Prof Oemi Honi’in Suseno dan warga setempat memilih menanam pohon murbei untuk yang pertama kali, tanaman ini di pilih karena daunnya dapat di makan oleh ulat sutera dan daunnya tidak mudah rontok.
Kemudian secara bertahap para masyarakat juga di libatkan dalam program ini, mereka di berikan pekerjaan sebagai para pemetik daun murbei yang kemudian sehelai daun akan di beli oleh pihak pengelola seharga 1 ringgit per kilonya, daun – daun itu akan di gunakan sebagai makanan dalam pembudidayaan ulat sutera. Usaha yang semakin meninggkat membuahkan hasil yang cukup besar, dengan usaha itulah Hutan Wanagama dapat memperluas hingga 600 hektar, kondisi yang semakin mebaik itu juga dapat dukungan dari Departemen Kehutanan nasional,.
Selain itu juga penghijauan sistem pembelukaran juga di terapkan oleh Prof Oemi Honi’in Suseno dan tim juga melakukan penanaman pohon pioner sebanyak mungkin, yang mampu memperbaiki kondisi tanah, tata air, dan iklim mikro, tanaman pioner yang di dominasi oleh jenis legum di fahami dapat mengikat nitrogen sehingga tanah menjadi subur, selain itu juga penumpukkan biomass dedauna yang rontok itu juga dapat mengacu dalam kesuburan tanah, dari sistem pembelukan dapat di nikmati pada selang waktu 10 – 15 tahun.



  Ø  SECANG
Secang ( Caelsapinia Sappan L)  merupakan perdu yang hidup di alam terbuka yang berketinggian 1000 M di atas laut seperti darat pegunungan yang berbatu, tetapi tidak terlalu tinggi hanya 5 – 10 m, batang berkayu, bulat dan berwarna hijau kecoklatan, berduri yang menempel di batangnya yang berbentuk membengkok dan tersebar, daun jumlah anak daun 10 – 20 pasang yang saling berhadapan, anak daun bertangkai lonjong, ujung bulat, pangkal rempal tepi daun rata dan sejajar,
 Bunga secang adalah bunga majemuk berbentuk malai, bunganya keluar dari ujung tangkai dengan panjang 10 – 40 cm, mahkota bunga berbentuk tabung berwarna kuning. Buah secang adalah buah polong, panjang 8 – 10 cm, lebar 3 – 4 cm, ujung seperti paruh berisi 3 – 4 biji, jika masak berwarna hitam. Bijinya bulat memanjang dengan panjang 15 – 18 mm dan lebar 8 – 11 mm, tabalnya 5 – 7 mm, warnanya kuning kecoklatan. Akar secang adalah akar tunggang berwarna coklat kotor.
Manfaat yang ada di kayu secang yaitu dapat menimbulkan warnah merah terletak pada batangnya, yang bisa di gunakan sebagai pewarnah makanan, tinta ataupun bahan dasar untuk cat.
Klasifikasi Secang
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicolyledonae
Bangsa : Resales
Suku : Cesalpiniaceae
Marga : Caesalpinia
Jenis : Caesalpinia sappan L

  Ø  KAYU PUTIH
Gelam atau kayu putih ( Melelauce Leucadendra syn. M Leucadendro) adalah tumbuhan yang bersuku jambu – jambuan, hidup di daerah indonesia bagian timur atau daerah yang sudah memiliki musim kemarau yang jelas, kayu putih dapat di manfaatkan sebagai minyak kayu putih yang bersifat menghangatkan badan,  cara penyulinga dengan uap cara yang biasanya di pakai, jenis tumbuhan ini memiliki daur biologis yang panjang, cepat tumbuh dan bernilai ekonomis, tumbuhan ini dapat tumbuh baik di tanah yang berdainase baik maupun jelek dengan kadar garam dan keasaman yang tinggi,.Penelitian P3BPTH pada Kebun Benih semai uji keturunan jenis Kayu putih di Gunungkidul diperoleh estimasi peningkatan genetik untuk rendemen minyak sebesar 21% terhadap rata-rata populasi pada kebun benih, akan tetapi bila dibandingkan dengan rendemen yang dihasilkan dari pabrik, peningkatan rendemen minyak lebih dari 100%. Terhadap kadar 1,8 cyneole, peningkatan yang dihasilkan sebesar 10%. Sedangkan untuk sifat pertumbuhan tanaman diperoleh peningkatan sebesar 15 - 20%.  Dengan peningkatan rendemen minyak sebesar 100%, maka diharapkan produksi minyak kayu putih dapat ditingkatkan menjadi lebih dari 2 kali dengan luasan tanaman yang sama (Susanto, M. 2001).Pembuatan bibit dapat dilakukan secara generatif (biji) dan vegetatif.  
  Ø  KAYU EBONI
Kayu yang identik warnah yang hitam berasal dari daerah Sulawesi. Nama ilmiahnya adalah Diospyros celebica, yakni diturunkan dari kata Celebes (Sulawesi) Pohonnya lurus dan tegak dengan tinggi sampai dengan 40 m. Diameter batang bagian bawah dapat mencapai 1 m, sering dengan banir (akar papan) besar. Kulit batangnya beralur, mengelupas kecil-kecil dan berwarna coklat hitam.
Kayu eboni biasanya di manfaatkan sebagai bahan baku furniture, ukira, karena dengan kualitas dari bahan baku kayu eboni sangat bernilai ekonomis tinggi, maka kayu yang berasal dari sulawesi bernilai mahal setelah kayu jati.
  Ø  KAYU JATI
Di indonesia pohon jati (Tectona grandis) adalah tumbuhan yang di anggap sebagai pohon nomer satu yang memiliki kualitas yang tinggi dan harganya yang mahal, apalagi di Hutan Wanagama yang mayoritas banyak di dominasi oleh tumbuhan jati yang pertama di tanam oleh pangeran Charlosh dari Australia, tumbuh secara subur sehingga Hutan Wanagama dapat berkembang secara pesat dalam memperluas lahan hutan, pada tahun 1989 pangeran charlosh yang pertama menanamkan pohon jati di hutan wanagama sehingga hutan wanagama menjadi wisata yang mendunia, dengan manfaat yang luar biasa pohon jati banyak di sulap menjadi perabotan rumah tangga ataupun pembangunan rumah.

  Ø  MURBEI
Pohon murbei atau besaran dengan nama latin Morus Alba L. Sangat dikenal daunnya sebagai makanan ulat sutera. Bagi kesehatan manusia, daun murbei muda yang juga disebut Sang ye, enak disayur dan berkhasiat untuk meluruhkan kentut, peluruh keringat, peluruh kencing, mendinginkan darah, pereda demam, penerang penglihatan, penurun tekanan darah tinggi, mengatasi diabetes mellitus, memperbanyak air susu ibu (ASI), mengatasi gangguan pencernaan, kolesterol tinggi, sakit kulit, kaki gajah, sakit kepala, batuk, demam, dan malaria. Buahnya (Sang shen) sangat bermanfaat untuk memperkuat ginjal, meningkatkan sirkulasi darah, mengatasi sukar tidur, batuk berdahak, pendengaran kurang, sembelit pada orang tua, sakit tenggorokan, sakit otot dan kurang darah. Kulit akarnya (Sang bai pi) untuk obat sesak napas (asma), muka bengkak, kencing nyeri dan sakit gigi. Sedang rantingnya (Sang zhi) untuk mengatasi rematik, sakit pinggang, kram, tekanan darah tinggi dan menyuburkan pertumbuhan rambut.
2.2 KERATON YOGYAKARTA
        Istanah yang terletak di tengah poros utama yang membujur dari arah utara ke selatan, di kelilingi barisan pegunungan yang di sebut cakrawala jagad, setelah perjanjian Giyanti pangeran Mangkubumi mendapatkan kekuasaan yang terletak di YOYAKARTA, dengan awal pemerintah yang populer dengan nama Sri Sultan Hamengku Buwono I, saat tahun 1755 pangeran menitih untuk dapat mendirikan istanah di daerah YOGYAKARTA.
        Nama keraton berasal dari ka – ratu – an yang memiliki artian tempat beristirahat para raja ataupun ratu, tetapi dalam artian yang luas, yaitu tempat dari mana manusia berasal dan kemana manusia berakhir. Garis besarnya, wilayah Kraton memanjang 5 km ke arah selatan hingga Krapyak dan 2 km ke utara berakhir di Tugu. Pada garis ini terdapat garis linier dualisme terbalik, sehingga bisa dibaca secara simbolik filosofis. Dari arah selatan ke utara, sebagai lahirnya manusia dari tempat tinggi ke alam fana, dan sebaliknya sebagai proses kembalinya manusia ke sisi Dumadi (Tuhan dalam pandangan Jawa). Sedangkan Kraton sebagai jasmani dengan raja sebagai lambang jiwa sejati yang hadir ke dalam badan jasmani.Kraton menuju Tugu juga diartikan sebagai jalan hidup yang penuh godaan. Pasar Beringharjo melambangkan godaan wanita. Sedangkan godaan akan kekuasaan dilambangkan lewat Gedung Kepatihan. Keduanya terletak di sebelah kanan. Jalan lurus itu sendiri sebagai lambing manusia yang dekat dengan Pencipta (Sankan Paraning Dumadi).Secara sederhana, Tugu perlambangan Lingga (laki-laki) dan Krapyak sebagai Yoni


(perempuan). Dan Kraton sebagai jasmani yang berasal dari keduanya.
Setelah terguncang oleh gempa pada tahun 1889, bentuk banguna  terrenovasi sehingga terlihat seperti sekarang namun tata letaknya tidak mengalami pergantian, Tugu dan Bangsal Manguntur Tangkil atau Bangsal Kencana (tempat singgasana raja), terletak dalam garis lurus, ini mengandung arti, ketika Sultan duduk di singgasananya dan memandang ke arah Tugu, maka beliau akan selalu mengingat rakyatnya (manunggaling kawula gusti).Tatanan Kraton sama seperti Kraton Dinasti Mataram pada umumnya. Bangsal Kencana yang menjadi tempat raja memerintah, menyatu dengan Bangsal Prabayeksa sebagai tempat menyimpan senjata-senjata pusaka Kraton (di ruangan ini terdapat lampu minyak Kyai Wiji, yang selalu dijaga abdi dalem agar tidak padam), berfungsi sebagai pusat. Bangsal tersebut dilingkupi oleh pelataran Kedhaton, sehingga untuk mencapai pusat, harus melewati halaman yang berlapis-lapis menyerupai rangkaian bewa (ombak) di atas lautan.
Tatanan spasial Kraton ini sangat mirip dengan konstelasi gunung dan dataran Jambu Dwipa, yang dipandang sebagai benua pusatnya jagad raya.Dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Hal ini terkait dengan sembilan lubang dalam diri manusia yang lazim disebut babahan hawa sanga.Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.Alun-Alun, Pagelaran, dan Siti Hinggil.
 Pada tempat ini Sultan hanya hadir tiga kali dalam setahun, yakni pada saat Pisowan Ageng Grebeg Maulud, Sawal dan Besar. Serta kesempatan yang sangat insidental yang sangat khusus misal pada saat penobatan Sultan dan Penobatan Putra Mahkota atau Pangeran Adipati Anom.Kraton Yogyakarta memanglah bangunan tua, pernah rusak dan dipugar. Dilihat sekilas seperti bangunan Kraton umumnya. Tetapi bila kita mendalami Kraton Yogyakarta, yang merupakan contoh terbesar dan terindah dengan makna simbolis, sebuah filosofi kehidupan, hakikat seorang manusia, bagaimana alam bekerja dan manusia menjalani hidupnya dan berbagai perlambangan eksistensi kehidupan terpendam di dalamnya.


2.2 GERABAH KASONGAN
Gerabah yang berasal dari daerah YOGYAKARTA yang terletak di Kasongan memiliki nilai yang sangat menjamin, dengan harga yang miring dan kualitas yang mendunia, memberikan pesanan yang sangat banyak, dengan berbahan dasar dari tanah liat, para pengkrajin dapat membuat apapun sesuai dengan pesanan, dari yang berukuran kecil sampai besar.
Keahlian yang menjamin mutu dari pengkrajin, memberikan nilai keekonomisan yang tinggi, alat yang di gunaakan juga masih tradisional yaitu meja putar dengan tenaga manusian, air, minyak tanah, dan pecahan barang atom dan satu bahan yang sangat mutlak tanah liat.
Warga kasongan dominan sebagai pengrajin, dengan tekat dan kerja yang sungguh – sungguh banyak anak – anak mereka yang bisa kuliah di tingkat yang lebih tinggi


  

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1Waktu dan Tempat Penelitian
Kami memulai perencanaan penelitian pada tanggal 18 Desember 2010 sampai 19 Desember 2010, yang terletak di wilayah Hutan Wanagama UGM ( Universitas Gajah Mada) Gunung kidul Yogyakarta, Gerabah Kasongan dan Keraton Yogyakarta 

3.2 Langkah Penelitian














3.3 Alat dan Bahan Pembuatan Gerabah
a.       Bahan
·         Tanah liat
·         Minyak tanah
·         Air
b.      Alat
·         Meja putar
·         Pembentuk

3.4 Langkah Pembuatan Gerabah
o                  Siapkan peralatan atau bahan yang di butuhkan
o                  Setelah bahan tersedia
o                 Ambil tanah liat secukupnya
o                 Taruh di atas meja putar
o                 Bentuk sesuai dengan yang di inginkan
o       Ingat untuk cara penghalusan pembentuk harus di olesi dengan minyak tanah agar tanah tidak menempel pada pembentuk
o      Pergunakan air secukupnya agar hasil lebih bagus



3.4 Kekurangan
1.      Penelitian ini tidak memenuhi ruang lingkup yang lebih luas seperti di Hutan Wanagama yang hanya beberapa yang di tunjukkan.
2.      Penelitian ini tidak memberikan kelengkapan yang sangat lengkap seperi penelitian di kasongan karena hanya langkah pembuatannya.
3.      Penelitian yang berada di Keraton hanya secara umum di teliti







                                                                           BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pembahasan
       Dengan penelitian yang membutuhkan waktu 2 hari ini dapat di paparkan, bahwasannya wilayah Hutan Wanagama yang berlokasi Gunung kidul yang dahulu tersusun dari tanah berkapur yang gersang dan tandus, sekarang menjadi hutan yang subur, akibat dari siklus yang di bantu oleh lumut sehingga pengendapan tanah, kini hutan wanagama banyak di tumbuhi oleh pohon jati yang memiliki manfaat yang besar dan bernilai ekonomis yang tinggi, seperti ukiran, pembuatan rumah maupun perabotan, selain itu pohon murbei yang bermanfaat sebagai perkembang biakan ulat sutera yang di ambil daunnya dan daunnya tidak mudah rontok, pohon Eboni pohon yang memiliki stuktur lebih mirip dengan jati tetapi kualitasnya lebih mahal pohon jati dengan batang yang memiliki warna hitam dan kokoh juga memiliki kualitas yang sangat tinggi seperti pohon jati. Pohon secang tumbuhan yang juga memadati hutan wanagama memiliki manfaat yang luar biasa yaitu sebagai pewarnah makanan ataupun sebagai bahan pewarnah untuk cat, dengan stuktur warnah merah yang berada di baatangnya dapat menghasilkan manfaat yang cukup  besar, selain itu masih banyak lagi tanaman yang hidup di Hutan Wanagama, seperti Cendana, Liana, Kayu putih yang dapat di sulung sebagai minyak kayu putih, Glesider.
       Gerabah yang kini sudah mendunia,  juga sangat berperan dalam siklus ekonomi dalam negeri, dengan bahan yang berunsur tanah memiliki kedahsyatan yang sangat mempesona, hasil – hasil gerabah yang indah dari teknik pengkrajin yang sangat kreatif dan penuh inspirasi dapat merubah tanah menjadi perabotan yang sangat cantik sehingga memiliki nilai jual yang cukup tinggi, dengan teman meja putar dan pembentuk yang berasal dari pecahan yang berasal dari bahan atom. Pada dasarnya proses pembuatan gerabah dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak (masal) atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder (jambangan, pot, guci), dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pengrajin.

Pembuatan gerabah atau keramik, mulai dari proses penggilingan, pembentukan bahan dengan menggunakan perbot, hingga penjemuran produk biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya proses finishing dengan menggunakan cat tembok atau cat genteng. Sebuah galeri di Kasongan biasanya merupakan usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun, mereka bekerja secara kolektif. Sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.
stanah yang berada di Yogyakarta pertama di didikan oleh Pangeran Mangkubumi yang biasanya ternama dengan Sri Sultan Hamengku Buwono I, dengan letak yang statergis dan tatanan yang memiliki arti tentang kehidupan, terlihat megah apalagi tempat singgah raja yang atapnya terhias oleh ukiran – ukiran yang di lapisi oleh emas murni,dari utara ke selatan area Kraton berturut-turut terdapat Alun-Alun Utara, Siti Hinggil Utara, Kemandhungan Utara, Srimanganti, Kedhaton, Kemagangan, Kemandhungan Selatan, Siti Hinggil Selatan dan Alun-Alun Selatan (pelataran yang terlindung dinding tinggi).Sedangkan pintu yang harus dilalui untuk sampai ke masing-masing tempat berjumlah sembilan, disebut Regol. Dari utara terdapat gerbang, pangurukan, tarub agung, brajanala, srimanganti, kemagangan, gadhung mlati, kemandhungan dan gading.Brongtodiningrat memandang penting bilangan ini, sebagai bilangan tertinggi yang menggambarkan kesempurnaan. Kesakralan setiap bangunan Kraton, diindikasikan dari frekuensi serta intensitas kegiatan Sultan pada tempat tersebut.






                                                                BAB V
                                                              PENUTUP
5.1 Kesimpulan
       Setelah mengalami rute yang panjang dapat di ambil kesimpulan bahwa, Hutan wanagama memiliki pepohonan yang memiliki nilai ekonomis dan bermanfaat dalam dunia keseharian, manfaat yang di peroleh pengelola juga sangat besar, sehingga perluasan juga kini telah di rasakan, yang awalnya hutan yang sangat tandus kini beraleh menjadi hutan yang memiliki yang subur karena rontokkan dedaunan yang menjadi pupuk kompas secara alami, selain itu juga memanfaatkan tanah liat yang awalnya tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi kini memiliki nilai pasaran sampai ke mancanegara, dengan teknik para pengrajin yang penuh ispirasi membuahkan hasil yang sensasi, dan juga “JAS MERAH” jangan pernah melupakan sejarah, istanah yang megah dengan maknah simbolis dalam kehidupan yang super istemewa mulai dari letak pembangunan ataupun lukisan dan ukirannya.
5.2 Saran
o                 Makalah ini di buat sesuai dengan laporan akhir Semester Ganjil, semoga dapat penilaian yang memuaskan
o           Dengan adanya SES (Study Explorer Sains)  para siswa lebih faham dengan pengenalan lingkungan dan lebih sadar akan lingkungan
o      “LESTARIKAN LINGKUNGAN” kata yang sering kali terucap agar para masyarakat lebih sadar dan tidak  memiliki sifat yang tidak perduli.







LAMPIRAN – LAMPIRAN




Pohon Kayu Putih



 
Pohon Eboni








Pohon Kayu Jati























Pembuatan Gerabah di Kasongan





































Istana Kraton Yogyakarta


BIODATA PENULIS

Nama                                                   : M. Hasan Mabruri
Tempat tanggal lahir                              : Tuban,17-12-1993 
Jenis kelamin                                         : Laki-Laki
Alamat                                                 :Tuwiri Wetan – Merak Urak – Tuban
Kelas                                                   : XI – IPA 1 
Hobby                                                  : Bloging and Browsing
Cita – cita                                            : Pengendali Pelabuhan International
Pelajaran yanhg di sukai                      : TIK and IPA
E-Mail                                                  : mhsn859@gmail.com
No. HP                                                 : 085730181001










No comments:

Post a Comment